ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI


ANALISIS KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI
MODEL ANALISIS WACANA NORMAN FAIRCLOUGH
JURNAL MINI

OLEH: HONAINIYAH
NIM (18201502060009)










PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Media Indonesia baru-baru ini diramaikan dengan pemberitaan tentang kasus Ibu Sukmawati yang diduga telah melakukan penistaan terhadap agama Islam lewat puisi yang dibacakan dalam acara Fashion Week 2018 maret lalu. Puisi yang telah dicetak pada tahun 2008 lalu yang memang murni penulisnya adalah Ibu Sukmawati, yang merupakan putri kandung dari Bapak Pahlawan Indonesia Soekarno yang diduga isi puisi dari Ibu Sukmawati mengandung unsur SARA. Peristiwa ini menuai tanggapan dan kontroversi yang beraneka ragam dari kalangan masyarakat Muslim di indonesia dan para tokoh politik, budayawan serta sastrawan dan tokoh Agama terkait makna serta maksud dari isi puisi Ibu Sukmawati.
Menariknya adalah tanggapan dari masyarakat yang menanggapi dari isu penistaan agama oleh Ibu Sukmawati yang telah melaporkan tersebut kepada pihak kepolisisan yang bisa dilihat di berita online dream.id yang berjudul “ Puisi Ibu Indonesia Sukmawati resmi dipolisikan”. Tanggapan masyarakat serta pendapat yang berbeda dari para tokoh di Indonesia menarik untuk diteliti, untuk itulah peneliti tertarik ingin meneliti fenomena yang terjadi saat ini dengan pendekatan analisis wacana dengan menggunakan model analisis wacana dari Norman Fairclough untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut.
Dalam analisis Wacana adalah membangun suatu model yang menjelaskan wacana sebagai perpaduan linguistik dan pemikiran-pemikiran sosial, politik yang memusatkan perhatian pada pemakaian bahasa sebagai praktek sosial atau merefleksikan sesuatu, dilihat dari teks, praktek wacana, dan praktik sosial budaya.[1]
Dengan masalah tersebut peneliti ingin mmenganalisa dengan analisis kritis sosial budaya dan agama dalam puisi Ibu Sukmawati melalui pendekatan analisis wacana model Norman Fairlough. Analisis wacana dapat diringkas yaitu menjelaskan sebuah peristiwa terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau penyataan, seuah kalimat bisa terungkap bukan hanya karena ada orang yang membentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu (rasional atau irasional). Terlepas dari apapun motivasi atau kepentingan orang ini, kalimat yang dituturkannya tidaklah dapat dimanipulasi semau-maunya oleh yang bersangkutan, kalimat itu, seperti yang dikatakn oleh Ariel Heryanto, “ [2]hanya dibentuk, hanya akan bermakna, selam ia tunduk pada sejumlah ‘aturan’ gramatika yang diluar kemampuan atau kendali si pembuat kalimat. Aturan-aturan kebahasaan tidak dibentuk secara individual oleh penutur yang bagaimanapun pintarnya. Bahasa selalu menjadi milik bersama diruang publik.
Dengan tersusunnya penelitian ini peneliti berharap hasil penelitian ini akan memberikan sebuah jawaban baru tentang analisis wacana terkait isi puisi Ibu Sukmawati yang saat ini masih menjadi kontroversi yang selalu dipertnayakan dengan pendapat-pendapat para tokoh di Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Representasi Analisis Kritis sosial budaya dan agama dalam puisi Ibu Sukmawati model analisis wacana Norman Fairclough?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui Analisis Kritis Sosial Budaya dan agama dalam puisi Ibu Sukmawati model analisis wacana Norman Fairclough
D.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat secara Akademis
a.         Bagi STAIN Pamekasan
Untuk menjadi tambahan refrensi bagi mahsiswa/i STAIN Pamekasan dalam mengembangkan keilmuannya khususnya dalam bidang analisis teks media.
b.        Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan wawasan dalam bidang analisis teks media serta sebagai bentuk aplikatif atas apa yang telah diperoleh dibangku kuliah. Serta mengetahui bagaimana analisis kritia sosial budaya dan agama dalam puisi Ibu Sukmawati model analisis wacana.
2.    Manfaat Secara Praktis
a.         Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini bisa menumbuhkan anggapan yang baik dan benar, serta mampu menciptakan pola pikir yang kritis terhadap berbagai pemberitaan khususnya di Indonesia.
E.     Metode Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dari orang-orang atau perilaku yang diamati.[3] Adapaun alasan peneliti menggunakan pendekaatan kualitatif ini adalah agar peneliti lebih dekat pada subyek penelitian yang akan diteliti serta lebih peka dan lebih dapat berinteraksi dalam menyesuaikan diri.
Orientasi teoritik dan pendekatan ini berpijak pada fenomologis, dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu, yang bertujuan untuk menghasilakn fakta-fakta yang dibutuhkan.
F.     Tinjauan Pustaka
Analisis sosial budaya merupakan analisis terhadap kondisi sosial budaya masyarakat akibat adanya suatu pembangunan ataupun aktivitas kegiatan. Analisis sosial budaya bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial dan budaya masyarakat. Analisis sosial budaya akan menilai kondisi sosial budaya yang mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan akibat adanya suatu kegiatan atau proses pembangunan. Analisis sosial budaya dapat diartikan sebagai kajian untuk mengenali struktur sosial budaya serta prasarana dan sarana budaya, kajian ini dilakukan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bersifat lahiriah, batiniah atau spritual.[4]
Sosial dalam arti masyarakat atua kemasyarakatan berartis egala sesuatu yang bertalian dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang-orang atau kelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai sosial, dan apirasi hidup serta cara mencapainya. Budaya mencakup objek, lokasi, struktur, kelompok struktur, fitur alam dan lanskap yang dapat dipindahkan atau tidak dapat dipindahkan yang memiliki kepntingan taliontologi, sejarah, arsitektur, agam dan keindahan. Benda budaya lainnya mencakup kuburan modern, pohon keramat, batu keramat, kuil, dan bangunan bersejarah.
Budaya merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan masalah sosial masyarakat. Budaya akan selalu beriringan dengan kondisi sosial masyarakat, karena kondisi sosial masyarakat akan selalu berpengaruh dan mempengaruhi kondisi sosial kemasyarakatan.untuk mengetahui kondisi sosial budaya dapat diamati kondisi yang ada pada komponen-komponen masyarakat.[5]





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisis Wacana
Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut saat ini selain kata demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat sipil, dan lingkungan hidup. Akan tetapi, seperti umumnya banyak kata, semakin tinggi disebut, dan dipakai kadang bukan makin jelas tetapi semakin membingungkan dan rancu. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan atau diskursus. Kata wacana juga dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Pemakaian isltilah ini sering kali diikuti dengan beragamnya istilah, definisi, bukan hanya tiap disiplin ilmu mempunyai istilah sendiri, banyakahli memberikan definisi dan batasan yang berbeda mengenai wacana tersebut. Bahkan kamus, kalau dianggap menunjuk pada referensi pada acuan yang objektif, juga mempunyai definisi yang berbeda-beda pula. Luasnya makna ini dikarenakan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut.[6]
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Namun dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan oleh berbagai golongan dan tokoh-tokoh berpengaruh pengertian analisis wacana dapat disimpulkan yaitu analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari suatu subjek yang mengemukakan suatu pernyataaan. Pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada posisi dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.[7]
Dalam pengertiannya analisis Wacana dibagi menjadi dua macam yaitu Analisi wacana dan analisis wacana Kritis dalam pengertian analisis wacana sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya pada penjelasan kali ini akan membahas apa sebenarnya makna dari analisis wacana kritis serta pendekatan dalam metode analisis ini.
Menurut Fairclough dan Wodak analisis wacana kritis adalah sebuah metode analisis yang melihat dari sudut pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Yang menggambarkan wacan sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis diantara peristiwa diskurtif tertentu. Dengan situasi, intuisi, dan struktur sosial yang membentuknya, praktek wacana bisa jadi menmpilkan efek ideologi, ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara kelas sosial, laki-laki dan wania,, kelompok minoritas dan mayoritas melalui mana perbedaan itu depresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan .[8]
Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat yang terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing, karakteristik analisis wacana kritis dapat dilihat dari Pertama, Tindakan: apakah wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk dan menyangga dan bereaksi dan sebagainya. Serta apakah analisis wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang diluar kendali atau diekspresikan diluar kesadaran. Kedua Konteks: analisis wacana mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana disini diapndang diproduksi, dimengerti dan dianalisis pada suatu konteks tertentu, dan bahasa disini dipahami dalam konteks secara keseluruhan yang bermain dalam teks, konteks dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak dilembar kertas, juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. konteks disini memasukkan semua situasi dan hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan, dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya. Dan wacana disini kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Titik perhatian dari analisis wacana adaalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama  dalam suatu proses komunikasi. Analisis wacana kkritis juga dapat dilhat dari sudut pandang historis, kekuasaan, dan ideologi.[9]
Ada beberapa pendekatan utama dalam analisis wacana kritis ini memberi kemungkinan penjelas bagaimana wacana yang dikembangkan mampu mempengaruhi khalayak bukan dengan kekerasan, tetapi diterima secara halus sebagai suatu kebenaran, pendekatan-pendekatan analisis wacana kritis adalah sebagai berikut:
1.         Analisis Bahasa Kritis (Critical Linguistic).
2.         Analisis wacana pendekatan Prancis (French Discourse Analysis).
3.         Pendekatan Kognisi Sosial (Socio Cognitive Approach).
4.         Pendekatan Prubahan Sosial (Sociocultural Change Approach).
5.         Pendekatan Wacana Sejarah (Discourse Historical Approaches ).[10]

B.     Analisis Kritis Sosial Budaya Dan Agama Dalam Puisi Ibu Sukmawati Model Analisis Wacan Norman Fairclough.
Pada pembahasan kali ini akan menjelaskan tengtang puisi ibu Sukmawati yang menuai kontroversi lewat pendekatan analisis Wacana Kritis model Norman Faieclough, dimana pada model Analisis Norman Fairlough yang akan menjadi perhatian besar adalah melihat bahasa asebagai praktek kekuasaan, dengan membangun suatu model analisis wacana dalam tiga dimensi, Teks, Discourse Practice, dan sociocultural practice.[11]
a.       Teks
Intinya adalah teks bukan hanya menunjukkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan. Disini dilakukan analisis linguistik pada struktur teks untuk menjelaskan teks tersebut, yang meliputi kosa kata, kalimat, proposisi, makna kalimata, dan lainnya. Untuk mempermudah analisis bisa digunakan metode analsisi pembingkaian.[12]
b.      Praktik Wacana (Discourse Practice)
Merupakan dimensi yang berkaitan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Sebuah teks pada dasarnya dihasilkan lewat proses produksi, seperti pola kerja, bagan kerja dan rutinitas dalam menghasilkan teks. Demikian pula konsumsi teks dapat berbeda dalam konteks yang berbeda. Konsumsi dapat dihasilkan secara personal atau kolektif.[13]

c.       Praktik Sosial Budaya (sociocultural practice)
Melihat bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat, dimana dimensi ini melihat kontek diluar teks, anatarab lain sosial, budaya, atau situasi saat dimana wacana itu dibuat.[14]
Melihat bagaimana model analisis wacana Norman Fairclough, maka dapat diuraikan dalam analisis wacana Puisi Ibu Sukmawati dalam penjelasan berikut.
Sosial budaya menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S Poerwadarminta, sosial ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat). Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cipta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
Maka definisi Sosial Budaya itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.[15]
Agama menurut Banyak ahli menyebutkan Kata Agama berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu “a” yang berarti tidak dan”gama” yang berari kacau. Maka agama berarti tidak kacau (teratur). Dengan demikian agama itu adalah peraturan, yaitu peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang ghaib, mengenai budi pekerti dan pergaulan hidup bersama.[16]
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi atau simbol dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum daan agama atau gaya hidup yang disukai.[17]
            Teks Keseluruhan Puisi Ibu Sukmawati.
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.[18]
            Dari puisi diatas yang sempat viral sekitar bulan Maret lalu, yang menuai Konroversi tentang Puisi yang Mengandung unsur SARA, dan diduga puisi tersebut telah menghina salah satu Agama yang ada di Indonesia sebut saja Agama Islam yang merupakan agama terbesar yang ada di Indonesia, bait puisi yang diduga mengandung unsur SARA yaitu Sari Konde yang disandingkan dengan Cadar, dan suara kidung disandingkan dengan suara Adzan.
            Dalam sebuah wawancara disebuah stasiun TV Nasional beberapa tokoh seni serta agamawan, juga tokoh Hukum juga menganalisis tentang Puisi Tersebut yang dijalaskan Menurut Abu Janda seorang aktivis media sosial menyatakan bahwa masalah kontroversi puisi tersebut harus dimaafkan, Mariana Komesioner Komnas Perempuan berkomentar tidak ada masalah, Eggi Sudjana Lawyer dan Pegiat Keagamaan berkomentar secara Agama dimaafkan tapi hukum tetap harus berjalan, Mustafa Nara wardaya Ibu Sukma Sudah betul meminta maaf. Dan perwakilan dari pelapor Puisi Ibu Sukma keranah hukum Denny Andriani berkomentar bahwa sudah sepantasnya Puisis Ibu Indonesia dilaporkan karena sangat menyinggung agama Islam apalagi beliau adalah putri dari Pahlawan Indonesia tidak sepantasnya beliau berpuisi seperti itu dan kami umat islam pantas membawanya keranah Hukum, dan Gurusoekarno Putra juga berkomentar, Ia berpendapat bahwa puisi dari saudaranya tersebut tidak mengandung unsur SARA ddan tidak menyinggung agama apapun.
            Eggi Sudjana menjelaskan mengapa dimaafkan tetapi hukum tetap berjalan karena dalam pemikiran hukum itu sudah ada yuridisprodensi yaitu paling dekat dengan kasusu Ahok yang tejadi sebelum kontroversi ini terjadi, Ahok pada waktu juga meminta maaf, tapi proses hukum tetap berjalan sesuai aturannya, jangan nanti ada yang mengatakan Ahok minta maaf hukum tetap berjalan, tapi Ibu Sukma tidak, karena sebagai penduduk Indonesia khususnya dasar saya adalah UU45 semua penduduk yang berwarga negara Indonesia Berkedudukan sama dalam pemerintahan  dan hukum tanpa terkecuali, jadi siapapun yang melanggar atau melewati garis agama tertentu tidak boleh seenaknya, dan dasar saya lagi adalah Harus Berpikir, karena dalam puisi Ibu Sukma atau Busuk itu sendiri menggunakan puisi tidak pada dataran berpikir, berpikir itu adalah kemampuan kita dalam mebedakan yang beda dan menyamakan yang sama, dalam perspektif itu dia menyamakan nilai-nilai agama dengan nilai budaya yang jauh berbeda sekali dan dalam konteks filsafat ilmu sudah memasuki ketimpangan yang serius.[19]
            Ibu Mariana juga berkomentar saya melihat subjeknya dalam puisi, puisi itu adalah rangkaian seni, rangkaian kata-kata yang keluar dari alam bawah sadar sesorang, adalah seorang perempuan, seorang Ibu, seorang anak dari Bapak Presiden Republikm Indonesia pertama, yang sudah mengalami zaman revolusi, zaman pra kemerdekaan hingga sekarang, jadi ketika kita bicara soal seni, kita juga harus bicara soal perasaan, bicara soal rasa yang disampaikan Ibu sukma yang berusaha untuk jujur tentang perasaannya sebagai seorang anak Presiden pada waktu itu, tentang Indonesia, kalau seseorang itu menganggapnya sesuatu yang salah jawablah dengan puisi karena rasa itu harus dihargai, dihargai dengan puisi, karena subjeknya adalah puisi, bukan soal politik. Puisi dari seorang anak Presiden dari kecil sampai sekarang itu bukanlah hal yang mudah, dalam hal ini saya mengerti bagaimana menjadi seorang Sukmawati seorang anaka dari Presiden Pertama Indonesia, dan saya tahu apa yang disebut dengan puisi, dan rasa karena saya juga seorang penulis, saya aktivis Perempuan dan saya tahu bagaimana perempuan itu biasanya dengan puisilah dia bisa menyatakan pendapatnya.[20]
            Abu Janda berkomentar memang betul seperti penjelasan dari Ibu Mariana bahwa Puisi juga harus dibalas dengan Puisi, sastra dibalas dengan sastra, dan saya juga ingin meluruskan tentang kasusu ini bahwasanya ada tambahan dari momandan saya ketua PGGP Ansor panglima tertinggi catatan dari beliau itu adalah sebenarnya dalam penistaan agama ini adalh umat islam jangan terlalu terburu-buru menghakimi, karena sebenarnya ini ranah ulama, dan masalah pasal juga sebelumnya mohon maaf dikoreksi jika saya salah, memang dalam pasa 156A penodaan agama itu dipasal duanya, itu tertulis yang bisa metapkan dan menentukan bahwa seorang menistakan agama atau tidak MUI bukan polisi, bukan Bang Eggi, bukan orang yang turun ketengah jalan, intinya adalah ini ranah ulam, harusnya umat menunggu aba-aba dari ulama, jadi undang ibu Sukma dan tanyakan apa maksud dari puisi yang dibuat ole beliau tersebut dan ditentukan kalau memang menistakan atau tidak biar ulama yang menentukan, yang menurut salah adalah ulam belum ada penjelasan sudah ada yang melaporkan.[21]
            Mustafa Nara wardaya juga menjelaskan jangan salah paham dulu setelah kasus Ibu Sukma lalu muncul pendapat ini mau dilihat dari sisi kesusastraan, atau dari segi hukum tadi ibu Mariana melihat dari segi kesusastraan jangan salah salah, sudah edaran kaporli No.6102015 itu tidak melihat mau puisi, brntuk Meme, atau teks mau bentuk nyanyian kalau kontrnnya itu berisi atau melakukan penodaan, penistaan, penghinaan, dan seterusnya itu kena pasal pidana, jadi disisni jangan dipandang dari kesusastraan itu dikampus namanya, ketika dia berpuisis didepan orang banyak posisisnya, atau didepan umum dan pembacaan puisi seperti itu kemudian menyangkut sensitifitas soal agama, karena memang ini sangat sensitif didepan umum dan saya kira Ibu sukmawati menyadari itu, dan memang harus konsisten bahwa siapapun yang menyampaikan ujaran kebencian atau penghinaan tidak peduli anak presiden atau siapapun akan kena dia, karena puisi itu hanya media saja, yang penting itu kontennya seperti apa, misalnya saya buat puisi yang berasal darikata hati saya yang terdalam isinya menghina, menodai suatu agama maka saya akan kena pasal juga, mau komnas Ham itu pasti kena karena ini dilihat dari kontennya, Isinya.[22]
            Secara sosial budaya dan Agama Suara kidung serta Konde yang disandingkan dengan cadar yang merupakan salah satu Identitas permpuan Islam serta Adzan yang merupakan seruan untuk datang kepada pencipta-Nya merupakan hal yang sangat berarti bagi umat islam dan itu merupakan hal yang sangat sensitif jika disanding-sandingkan, karena Sejatinya Puisi merupaka sebuah karya seni, yang kreatifitasnya tidak bisa dibatasi, namun penyair selayaknya hati-hati dalam bermain kata-kata agar puisinya tidak menyinggung rakyat Indonesia.
           
           
           


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Norman Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga Ia mengkombinasikan tradisi analisis tekstual, yang selalu melihat bahasa dalam ruang tertutup, ddengan konteks masyarakat yang lebih luas. Titik perhatian besar dari Norman Fairclough adalah melihat bahsa sebagai praktik kekuasaan. Untuk melihat bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologisntertentu dibutuhkan analisis yang menyeluruh. Melihat bahasa dalam perspektif ini membawa konsekuensi tertentu. Bahasa secara sosial dan historis adalah bentuk tindakan, dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial. Oeleh karena itu, analisis harus dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu.







DAFTAR PUSTAKA
Dua Sisi. Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi, TVOne
Eriyanto. Analisis Wacana. Yogyakarta:Lkis Yogyakarta,cet VI, 2006
Ismail, Faisal. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Grup. 2016
Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja  Rosdakarya, 2014
Sobur, Alex Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.



[1] Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta:Kencana Prenada Grup, 2016), hlm. 264-265`
[2] Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),hlm. 12-13.
[3] Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja  Rosdakarya, 2014 ), hlm. 4.
[4] https://dokumen.tips/documents/analisis-sosial-budaya.html diakses pada 16 April 2018 pukul 23:22
[5] Ibid., diakses pada 16 April 2018 pukul 23:22.

[6] Eriyanto, Analisis Wacana,(Yogyakarta:Lkis Yogyakarta,cet VI, 2006), hlm.1.
[7] Ibid., Hlm. 3-6
[8] Eriyanto, Analisis Wacana, hlm. 7
[9] Ibid., 7-14
[10] Eriyanto, Analisis Wacana, Hlm. 14-17
[11] Eriyanto, Analisis Wacana,(Yogyakarta:Lkis Yogyakarta,cet VI, 2006), Hlm.285-286
[12] Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis, Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006), Hlm. 265.
[13] Ibid., Hlm, 265.
[14] Ibid., Hlm.265
[16] Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), Hlm.28  
[17] https://id.wikipedia.org/wiki/Agama diakses  pada diakses pada 04 Juni 2018 pukul:15:34.

[19] Dua Sisi Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi, TvOne, dikutip pada 06 juni 2018  pukul: 11:28
[20] Dua Sisi Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi, TvOne, dikutip pada 06 juni 2018  pukul: 11:28
[21] Dua Sisi Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi, TvOne, dikutip pada 06 juni 2018  pukul: 11:28
[22] Dua Sisi Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi, TvOne, dikutip pada 06 juni 2018  pukul: 11:28

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku