ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI
ANALISIS KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI
MODEL ANALISIS WACANA NORMAN FAIRCLOUGH
JURNAL MINI
OLEH: HONAINIYAH
NIM (18201502060009)
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Media Indonesia baru-baru ini diramaikan dengan pemberitaan tentang
kasus Ibu Sukmawati yang diduga telah melakukan penistaan terhadap agama Islam
lewat puisi yang dibacakan dalam acara Fashion Week 2018 maret lalu. Puisi yang
telah dicetak pada tahun 2008 lalu yang memang murni penulisnya adalah Ibu
Sukmawati, yang merupakan putri kandung dari Bapak Pahlawan Indonesia Soekarno
yang diduga isi puisi dari Ibu Sukmawati mengandung unsur SARA. Peristiwa ini
menuai tanggapan dan kontroversi yang beraneka ragam dari kalangan masyarakat
Muslim di indonesia dan para tokoh politik, budayawan serta sastrawan dan tokoh
Agama terkait makna serta maksud dari isi puisi Ibu Sukmawati.
Menariknya adalah tanggapan dari masyarakat yang menanggapi dari
isu penistaan agama oleh Ibu Sukmawati yang telah melaporkan tersebut kepada
pihak kepolisisan yang bisa dilihat di berita online dream.id yang berjudul “
Puisi Ibu Indonesia Sukmawati resmi dipolisikan”. Tanggapan masyarakat serta
pendapat yang berbeda dari para tokoh di Indonesia menarik untuk diteliti,
untuk itulah peneliti tertarik ingin meneliti fenomena yang terjadi saat ini
dengan pendekatan analisis wacana dengan menggunakan model analisis wacana dari
Norman Fairclough untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut.
Dalam analisis Wacana adalah membangun suatu model yang menjelaskan
wacana sebagai perpaduan linguistik dan pemikiran-pemikiran sosial, politik
yang memusatkan perhatian pada pemakaian bahasa sebagai praktek sosial atau
merefleksikan sesuatu, dilihat dari teks, praktek wacana, dan praktik sosial
budaya.[1]
Dengan masalah tersebut peneliti ingin mmenganalisa dengan analisis
kritis sosial budaya dan agama dalam puisi Ibu Sukmawati melalui pendekatan analisis
wacana model Norman Fairlough. Analisis wacana dapat diringkas yaitu
menjelaskan sebuah peristiwa terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau
penyataan, seuah kalimat bisa terungkap bukan hanya karena ada orang yang
membentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu (rasional atau
irasional). Terlepas dari apapun motivasi atau kepentingan orang ini, kalimat
yang dituturkannya tidaklah dapat dimanipulasi semau-maunya oleh yang
bersangkutan, kalimat itu, seperti yang dikatakn oleh Ariel Heryanto, “ [2]hanya
dibentuk, hanya akan bermakna, selam ia tunduk pada sejumlah ‘aturan’ gramatika
yang diluar kemampuan atau kendali si pembuat kalimat. Aturan-aturan kebahasaan
tidak dibentuk secara individual oleh penutur yang bagaimanapun pintarnya.
Bahasa selalu menjadi milik bersama diruang publik.
Dengan tersusunnya penelitian ini peneliti berharap hasil
penelitian ini akan memberikan sebuah jawaban baru tentang analisis wacana
terkait isi puisi Ibu Sukmawati yang saat ini masih menjadi kontroversi yang
selalu dipertnayakan dengan pendapat-pendapat para tokoh di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Representasi Analisis Kritis sosial budaya dan agama dalam puisi Ibu Sukmawati
model analisis wacana Norman Fairclough?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui
Analisis Kritis Sosial Budaya dan agama dalam puisi Ibu Sukmawati model
analisis wacana Norman Fairclough
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat secara
Akademis
a.
Bagi STAIN
Pamekasan
Untuk menjadi tambahan refrensi bagi mahsiswa/i STAIN Pamekasan
dalam mengembangkan keilmuannya khususnya dalam bidang analisis teks media.
b.
Bagi Peneliti
Untuk
meningkatkan wawasan dalam bidang analisis teks media serta sebagai bentuk
aplikatif atas apa yang telah diperoleh dibangku kuliah. Serta mengetahui
bagaimana analisis kritia sosial budaya dan agama dalam puisi Ibu Sukmawati
model analisis wacana.
2.
Manfaat Secara
Praktis
a.
Bagi Masyarakat
Umum
Hasil penelitian ini bisa menumbuhkan anggapan yang baik dan benar,
serta mampu menciptakan pola pikir yang kritis terhadap berbagai pemberitaan
khususnya di Indonesia.
E.
Metode
Penelitian
Pada penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
dari orang-orang atau perilaku yang diamati.[3]
Adapaun alasan peneliti menggunakan pendekaatan kualitatif ini adalah agar
peneliti lebih dekat pada subyek penelitian yang akan diteliti serta lebih peka
dan lebih dapat berinteraksi dalam menyesuaikan diri.
Orientasi teoritik dan pendekatan
ini berpijak pada fenomologis, dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami
arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi
tertentu, yang bertujuan untuk menghasilakn fakta-fakta yang dibutuhkan.
F.
Tinjauan
Pustaka
Analisis sosial budaya merupakan analisis terhadap kondisi sosial
budaya masyarakat akibat adanya suatu pembangunan ataupun aktivitas kegiatan.
Analisis sosial budaya bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial dan budaya
masyarakat. Analisis sosial budaya akan menilai kondisi sosial budaya yang
mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan akibat adanya suatu
kegiatan atau proses pembangunan. Analisis sosial budaya dapat diartikan
sebagai kajian untuk mengenali struktur sosial budaya serta prasarana dan
sarana budaya, kajian ini dilakukan untuk mencapai pemanfaatan sumber daya alam
secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bersifat
lahiriah, batiniah atau spritual.[4]
Sosial dalam arti masyarakat atua kemasyarakatan berartis egala
sesuatu yang bertalian dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat
dari orang-orang atau kelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur,
organisasi, nilai-nilai sosial, dan apirasi hidup serta cara mencapainya.
Budaya mencakup objek, lokasi, struktur, kelompok struktur, fitur alam dan
lanskap yang dapat dipindahkan atau tidak dapat dipindahkan yang memiliki
kepntingan taliontologi, sejarah, arsitektur, agam dan keindahan. Benda budaya
lainnya mencakup kuburan modern, pohon keramat, batu keramat, kuil, dan
bangunan bersejarah.
Budaya merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan masalah
sosial masyarakat. Budaya akan selalu beriringan dengan kondisi sosial
masyarakat, karena kondisi sosial masyarakat akan selalu berpengaruh dan
mempengaruhi kondisi sosial kemasyarakatan.untuk mengetahui kondisi sosial
budaya dapat diamati kondisi yang ada pada komponen-komponen masyarakat.[5]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Wacana
Kata wacana adalah salah satu kata yang
banyak disebut saat ini selain kata demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat
sipil, dan lingkungan hidup. Akan tetapi, seperti umumnya banyak kata, semakin
tinggi disebut, dan dipakai kadang bukan makin jelas tetapi semakin
membingungkan dan rancu. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang
lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan atau
diskursus. Kata wacana juga dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi
bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
Pemakaian isltilah ini sering kali diikuti dengan beragamnya istilah, definisi,
bukan hanya tiap disiplin ilmu mempunyai istilah sendiri, banyakahli memberikan
definisi dan batasan yang berbeda mengenai wacana tersebut. Bahkan kamus, kalau
dianggap menunjuk pada referensi pada acuan yang objektif, juga mempunyai
definisi yang berbeda-beda pula. Luasnya makna ini dikarenakan oleh perbedaan
lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut.[6]
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam
banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Namun dari berbagai
pengertian yang telah dikemukakan oleh berbagai golongan dan tokoh-tokoh
berpengaruh pengertian analisis wacana dapat disimpulkan yaitu analisis wacana
dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud tertentu.
Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari suatu subjek
yang mengemukakan suatu pernyataaan. Pengungkapan itu dilakukan diantaranya
dengan menempatkan diri pada posisi dengan penafsiran mengikuti struktur makna
dari sang pembicara.[7]
Dalam pengertiannya analisis Wacana dibagi menjadi dua macam yaitu
Analisi wacana dan analisis wacana Kritis dalam pengertian analisis wacana
sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya pada penjelasan kali ini akan
membahas apa sebenarnya makna dari analisis wacana kritis serta pendekatan
dalam metode analisis ini.
Menurut Fairclough dan Wodak analisis wacana kritis adalah sebuah
metode analisis yang melihat dari sudut pemakaian bahasa dalam tuturan dan
tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Yang menggambarkan wacan sebagai
praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis diantara peristiwa
diskurtif tertentu. Dengan situasi, intuisi, dan struktur sosial yang
membentuknya, praktek wacana bisa jadi menmpilkan efek ideologi, ia dapat
memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara
kelas sosial, laki-laki dan wania,, kelompok minoritas dan mayoritas melalui
mana perbedaan itu depresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan .[8]
Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni
bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat
yang terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki
bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan
mengajukan versinya masing-masing, karakteristik analisis wacana kritis dapat
dilihat dari Pertama, Tindakan: apakah wacana dipandang sebagai sesuatu
yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk dan menyangga dan
bereaksi dan sebagainya. Serta apakah analisis wacana dipahami sebagai sesuatu
yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang diluar kendali
atau diekspresikan diluar kesadaran. Kedua Konteks: analisis wacana
mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan
kondisi. Wacana disini diapndang diproduksi, dimengerti dan dianalisis pada
suatu konteks tertentu, dan bahasa disini dipahami dalam konteks secara
keseluruhan yang bermain dalam teks, konteks dan wacana. Teks adalah semua
bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak dilembar kertas, juga semua
jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan
sebagainya. konteks disini memasukkan semua situasi dan hal yang berada diluar
teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan, dalam bahasa,
situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan
sebagainya. Dan wacana disini kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks
bersama-sama. Titik perhatian dari analisis wacana adaalah menggambarkan teks
dan konteks secara bersama-sama dalam
suatu proses komunikasi. Analisis wacana kkritis juga dapat dilhat dari sudut
pandang historis, kekuasaan, dan ideologi.[9]
Ada beberapa pendekatan utama dalam analisis wacana kritis ini
memberi kemungkinan penjelas bagaimana wacana yang dikembangkan mampu mempengaruhi
khalayak bukan dengan kekerasan, tetapi diterima secara halus sebagai suatu
kebenaran, pendekatan-pendekatan analisis wacana kritis adalah sebagai berikut:
1.
Analisis Bahasa
Kritis (Critical Linguistic).
2.
Analisis wacana
pendekatan Prancis (French Discourse Analysis).
3.
Pendekatan
Kognisi Sosial (Socio Cognitive Approach).
4.
Pendekatan
Prubahan Sosial (Sociocultural Change Approach).
5.
Pendekatan
Wacana Sejarah (Discourse Historical Approaches ).[10]
B.
Analisis Kritis
Sosial Budaya Dan Agama Dalam Puisi Ibu Sukmawati Model Analisis Wacan Norman
Fairclough.
Pada pembahasan kali ini akan menjelaskan
tengtang puisi ibu Sukmawati yang menuai kontroversi lewat pendekatan analisis
Wacana Kritis model Norman Faieclough, dimana pada model Analisis Norman
Fairlough yang akan menjadi perhatian besar adalah melihat bahasa asebagai praktek kekuasaan, dengan membangun suatu model
analisis wacana dalam tiga dimensi, Teks,
Discourse Practice, dan sociocultural practice.[11]
a.
Teks
Intinya adalah teks bukan hanya menunjukkan bagaimana suatu objek
digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan. Disini
dilakukan analisis linguistik pada struktur teks untuk menjelaskan teks
tersebut, yang meliputi kosa kata, kalimat, proposisi, makna kalimata, dan
lainnya. Untuk mempermudah analisis bisa digunakan metode analsisi
pembingkaian.[12]
b. Praktik Wacana (Discourse Practice)
Merupakan dimensi yang berkaitan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Sebuah teks pada dasarnya dihasilkan lewat
proses produksi, seperti pola kerja, bagan kerja dan rutinitas dalam
menghasilkan teks. Demikian pula konsumsi teks dapat berbeda dalam konteks yang
berbeda. Konsumsi dapat dihasilkan secara personal atau kolektif.[13]
c. Praktik Sosial Budaya (sociocultural practice)
Melihat bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat, dimana dimensi
ini melihat kontek diluar teks, anatarab lain sosial, budaya, atau situasi saat
dimana wacana itu dibuat.[14]
Melihat bagaimana model analisis wacana Norman Fairclough, maka dapat
diuraikan dalam analisis wacana Puisi Ibu Sukmawati dalam penjelasan berikut.
Sosial budaya menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
milik W.J.S Poerwadarminta, sosial ialah segala sesuatu yang mengenai
masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan
kepentingan umum (kata sifat). Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang
artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia
berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cipta, rasa dan karsa.
Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat
ataupun ilmu.
Maka definisi Sosial Budaya itu sendiri
adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya
untuk dan/atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia
membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan
bermasyarakat.[15]
Agama
menurut Banyak ahli menyebutkan Kata Agama berasal dari bahasa Sansakerta,
yaitu “a” yang berarti tidak dan”gama” yang berari kacau. Maka agama berarti
tidak kacau (teratur). Dengan demikian agama itu adalah peraturan, yaitu peraturan
yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang ghaib, mengenai
budi pekerti dan pergaulan hidup bersama.[16]
Agama adalah sebuah koleksi
terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama
memiliki narasi atau
simbol dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna
hidup atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan
mereka tentang
kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh
moralitas,
etika, hukum daan agama atau gaya hidup yang
disukai.[17]
Teks
Keseluruhan Puisi Ibu Sukmawati.
Ibu Indonesia
Aku
tak tahu Syariat Islam
Yang
kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih
cantik dari cadar dirimu
Gerai
tekukan rambutnya suci
Sesuci
kain pembungkus ujudmu
Rasa
ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu
dengan kodrat alam sekitar
Jari
jemarinya berbau getah hutan
Peluh
tersentuh angin laut
Lihatlah
ibu Indonesia
Saat
penglihatanmu semakin asing
Supaya
kau dapat mengingat
Kecantikan
asli dari bangsamu
Jika
kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat
datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku
tak tahu syariat Islam
Yang
kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih
merdu dari alunan azan mu
Gemulai
gerak tarinya adalah ibadah
Semurni
irama puja kepada Illahi
Nafas
doanya berpadu cipta
Helai
demi helai benang tertenun
Lelehan
demi lelehan damar mengalun
Canting
menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah
Ibu Indonesia
Saat
pandanganmu semakin pudar
Supaya
kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah
sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu
Indonesia dan kaumnya.[18]
Dari puisi diatas yang sempat viral sekitar bulan Maret
lalu, yang menuai Konroversi tentang Puisi yang Mengandung unsur SARA, dan
diduga puisi tersebut telah menghina salah satu Agama yang ada di Indonesia
sebut saja Agama Islam yang merupakan agama terbesar yang ada di Indonesia,
bait puisi yang diduga mengandung unsur SARA yaitu Sari Konde yang disandingkan dengan Cadar, dan suara kidung disandingkan dengan suara Adzan.
Dalam sebuah wawancara disebuah stasiun TV Nasional
beberapa tokoh seni serta agamawan, juga tokoh Hukum juga menganalisis tentang
Puisi Tersebut yang dijalaskan Menurut Abu Janda seorang aktivis media sosial
menyatakan bahwa masalah kontroversi puisi tersebut harus dimaafkan, Mariana
Komesioner Komnas Perempuan berkomentar tidak ada masalah, Eggi Sudjana Lawyer
dan Pegiat Keagamaan berkomentar secara Agama dimaafkan tapi hukum tetap harus
berjalan, Mustafa Nara wardaya Ibu Sukma Sudah betul meminta maaf. Dan
perwakilan dari pelapor Puisi Ibu Sukma keranah hukum Denny Andriani
berkomentar bahwa sudah sepantasnya Puisis Ibu Indonesia dilaporkan karena
sangat menyinggung agama Islam apalagi beliau adalah putri dari Pahlawan
Indonesia tidak sepantasnya beliau berpuisi seperti itu dan kami umat islam
pantas membawanya keranah Hukum, dan Gurusoekarno Putra juga berkomentar, Ia
berpendapat bahwa puisi dari saudaranya tersebut tidak mengandung unsur SARA
ddan tidak menyinggung agama apapun.
Eggi Sudjana menjelaskan mengapa dimaafkan tetapi hukum
tetap berjalan karena dalam pemikiran hukum itu sudah ada yuridisprodensi yaitu
paling dekat dengan kasusu Ahok yang tejadi sebelum kontroversi ini terjadi,
Ahok pada waktu juga meminta maaf, tapi proses hukum tetap berjalan sesuai
aturannya, jangan nanti ada yang mengatakan Ahok minta maaf hukum tetap
berjalan, tapi Ibu Sukma tidak, karena sebagai penduduk Indonesia khususnya
dasar saya adalah UU45 semua penduduk yang berwarga negara Indonesia
Berkedudukan sama dalam pemerintahan dan
hukum tanpa terkecuali, jadi siapapun yang melanggar atau melewati garis agama
tertentu tidak boleh seenaknya, dan dasar saya lagi adalah Harus Berpikir,
karena dalam puisi Ibu Sukma atau Busuk itu sendiri menggunakan puisi tidak
pada dataran berpikir, berpikir itu adalah kemampuan kita dalam mebedakan yang
beda dan menyamakan yang sama, dalam perspektif itu dia menyamakan nilai-nilai
agama dengan nilai budaya yang jauh berbeda sekali dan dalam konteks filsafat
ilmu sudah memasuki ketimpangan yang serius.[19]
Ibu Mariana juga berkomentar saya melihat subjeknya dalam
puisi, puisi itu adalah rangkaian seni, rangkaian kata-kata yang keluar dari
alam bawah sadar sesorang, adalah seorang perempuan, seorang Ibu, seorang anak
dari Bapak Presiden Republikm Indonesia pertama, yang sudah mengalami zaman
revolusi, zaman pra kemerdekaan hingga sekarang, jadi ketika kita bicara soal
seni, kita juga harus bicara soal perasaan, bicara soal rasa yang disampaikan
Ibu sukma yang berusaha untuk jujur tentang perasaannya sebagai seorang anak
Presiden pada waktu itu, tentang Indonesia, kalau seseorang itu menganggapnya
sesuatu yang salah jawablah dengan puisi karena rasa itu harus dihargai, dihargai
dengan puisi, karena subjeknya adalah puisi, bukan soal politik. Puisi dari
seorang anak Presiden dari kecil sampai sekarang itu bukanlah hal yang mudah,
dalam hal ini saya mengerti bagaimana menjadi seorang Sukmawati seorang anaka
dari Presiden Pertama Indonesia, dan saya tahu apa yang disebut dengan puisi,
dan rasa karena saya juga seorang penulis, saya aktivis Perempuan dan saya tahu
bagaimana perempuan itu biasanya dengan puisilah dia bisa menyatakan
pendapatnya.[20]
Abu Janda berkomentar memang betul seperti penjelasan
dari Ibu Mariana bahwa Puisi juga harus dibalas dengan Puisi, sastra dibalas
dengan sastra, dan saya juga ingin meluruskan tentang kasusu ini bahwasanya ada
tambahan dari momandan saya ketua PGGP Ansor panglima tertinggi catatan dari
beliau itu adalah sebenarnya dalam penistaan agama ini adalh umat islam jangan
terlalu terburu-buru menghakimi, karena sebenarnya ini ranah ulama, dan masalah
pasal juga sebelumnya mohon maaf dikoreksi jika saya salah, memang dalam pasa
156A penodaan agama itu dipasal duanya, itu tertulis yang bisa metapkan dan
menentukan bahwa seorang menistakan agama atau tidak MUI bukan polisi, bukan
Bang Eggi, bukan orang yang turun ketengah jalan, intinya adalah ini ranah
ulam, harusnya umat menunggu aba-aba dari ulama, jadi undang ibu Sukma dan
tanyakan apa maksud dari puisi yang dibuat ole beliau tersebut dan ditentukan
kalau memang menistakan atau tidak biar ulama yang menentukan, yang menurut
salah adalah ulam belum ada penjelasan sudah ada yang melaporkan.[21]
Mustafa Nara wardaya juga menjelaskan jangan salah paham
dulu setelah kasus Ibu Sukma lalu muncul pendapat ini mau dilihat dari sisi
kesusastraan, atau dari segi hukum tadi ibu Mariana melihat dari segi
kesusastraan jangan salah salah, sudah edaran kaporli No.6102015 itu tidak
melihat mau puisi, brntuk Meme, atau teks mau bentuk nyanyian kalau kontrnnya
itu berisi atau melakukan penodaan, penistaan, penghinaan, dan seterusnya itu
kena pasal pidana, jadi disisni jangan dipandang dari kesusastraan itu dikampus
namanya, ketika dia berpuisis didepan orang banyak posisisnya, atau didepan
umum dan pembacaan puisi seperti itu kemudian menyangkut sensitifitas soal
agama, karena memang ini sangat sensitif didepan umum dan saya kira Ibu
sukmawati menyadari itu, dan memang harus konsisten bahwa siapapun yang
menyampaikan ujaran kebencian atau penghinaan tidak peduli anak presiden atau
siapapun akan kena dia, karena puisi itu hanya media saja, yang penting itu
kontennya seperti apa, misalnya saya buat puisi yang berasal darikata hati saya
yang terdalam isinya menghina, menodai suatu agama maka saya akan kena pasal
juga, mau komnas Ham itu pasti kena karena ini dilihat dari kontennya, Isinya.[22]
Secara sosial budaya dan Agama Suara kidung serta Konde
yang disandingkan dengan cadar yang merupakan salah satu Identitas permpuan
Islam serta Adzan yang merupakan seruan untuk datang kepada pencipta-Nya
merupakan hal yang sangat berarti bagi umat islam dan itu merupakan hal yang
sangat sensitif jika disanding-sandingkan, karena Sejatinya Puisi merupaka
sebuah karya seni, yang kreatifitasnya tidak bisa dibatasi, namun penyair
selayaknya hati-hati dalam bermain kata-kata agar puisinya tidak menyinggung
rakyat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Norman Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang
mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga Ia
mengkombinasikan tradisi analisis tekstual, yang selalu melihat bahasa dalam
ruang tertutup, ddengan konteks masyarakat yang lebih luas. Titik perhatian
besar dari Norman Fairclough adalah melihat bahsa sebagai praktik kekuasaan.
Untuk melihat bagaimana pemakai bahasa membawa nilai ideologisntertentu
dibutuhkan analisis yang menyeluruh. Melihat bahasa dalam perspektif ini
membawa konsekuensi tertentu. Bahasa secara sosial dan historis adalah bentuk
tindakan, dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial. Oeleh karena itu,
analisis harus dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari
relasi sosial dan konteks sosial tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Dua Sisi. Sukmawati
berpuisi Umat Bereaksi, TVOne
Eriyanto. Analisis Wacana. Yogyakarta:Lkis
Yogyakarta,cet VI, 2006
Ismail,
Faisal. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi
Kritis dan Refleksi Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997
Kriyantono, Rachmat. Teknik
Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana Prenada Grup. 2016
Moleong, Lexi J. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2014
Sobur,
Alex Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
[1] Rachmat
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta:Kencana Prenada
Grup, 2016), hlm. 264-265`
[2] Alex Sobur, Analisis
Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),hlm. 12-13.
[3] Lexi J.
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014 ), hlm. 4.
[4] https://dokumen.tips/documents/analisis-sosial-budaya.html diakses pada
16 April 2018 pukul 23:22
[5] Ibid., diakses
pada 16 April 2018 pukul 23:22.
[6] Eriyanto, Analisis Wacana,(Yogyakarta:Lkis
Yogyakarta,cet VI, 2006), hlm.1.
[7] Ibid., Hlm.
3-6
[8] Eriyanto, Analisis Wacana, hlm. 7
[9] Ibid., 7-14
[10] Eriyanto, Analisis Wacana, Hlm. 14-17
[11] Eriyanto, Analisis Wacana,(Yogyakarta:Lkis
Yogyakarta,cet VI, 2006), Hlm.285-286
[12] Rachmat
Kriyantono, Teknik Praktis, Riset
Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006), Hlm. 265.
[13] Ibid.,
Hlm, 265.
[14] Ibid.,
Hlm.265
[15] https://nurulfadhilah30091.wordpress.com/2014/10/25/pengertian-sosial-budaya/ diakses pada 04 Juni 2018
pukul:15:34
[16] Faisal
Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi
Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997),
Hlm.28
[17] https://id.wikipedia.org/wiki/Agama
diakses pada diakses pada 04 Juni 2018
pukul:15:34.
[18] https://www.idntimes.com/news/indonesia/teatrika/puisi-sukmawati-soekarnoputri-bikin-heboh-teks-lengkap-1/full diakses pada 05 Juni 2018 pukul 14:30 WIB.
[19] Dua
Sisi Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi,
TvOne, dikutip pada 06 juni 2018 pukul:
11:28
[20] Dua
Sisi Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi,
TvOne, dikutip pada 06 juni 2018 pukul:
11:28
[21] Dua
Sisi Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi,
TvOne, dikutip pada 06 juni 2018 pukul:
11:28
[22] Dua
Sisi Sukmawati berpuisi Umat Bereaksi,
TvOne, dikutip pada 06 juni 2018 pukul:
11:28
Komentar
Posting Komentar