[Day - 12] Kepastian Tak Kunjung Hadir



Tulisan ini ada sebagai pengingat bahwa aku sering kali menjadi orang yang merasa bodoh dan gampang dibohongi oleh beberapa hal. paling dominan soal "Kepastian".


Dari awal sebelum menjalin hubungan yang serius seperti saaat ini aku selalu berfikir kenapa aku menerima dia dengan begitu mudah sedangkan aku tahu bahwa diri ini tidak gampang jatuh cinta pada orang lain.


Mungkin orang lain menganggap hubungan ini sangat indah, mesra dan harmonis seperti tidak pernah ada permasalahan yang muncul dipermukaan bumi, di sosial media pun kita seakan damai tanpa orang tahu bagaimana aku melalui semua itu.


Tangisan malam ini kembali mengingatkan ku dengan beberapa kejadian yang sangat tidak ingin aku alami lagi bahkan untuk mengingatnya sungguh tak mudah, hanya saja hati ini ingin sekali berkata kasar, menyindirnya melalui sosial media dsb.


Tapi tidak bisa aku lakukan itu lagi, bukan karena aku ingin menjaga hatinya tapi lebih menjaga sikap dengan umurku yang mewajibkan ku menjadi wanita yang lebih bijak lagi, meskipun sebenarnya umur tidak menjadi kita benar-benar dewasa.


Tidak banyak orang tahu bagaimana prosesku menjalani kehidupanku, mereka hanya tahu bagaimana aku tertawa, bagaimana aku menjadi orang yang bisa mencairkan suasana bahkan marahku seakan menjadi lelucon untuk jadi peramai suasana.

Aku juga tidak tahu hidupku nanti arahnya kemana, berjalan sesuai dengan harapanku yang ingin semuanya baik atau malah sebaliknya?

Tanda tanya besar mengenai belum siapnya diri ini untuk menerima segala keadaan yang seakan memaksa aku untuk paham tanpa harus diajari sebelumnya.

Fikiran ini seperti diajak untuk berfikir keras bagaimana kehidupan ini, bangun untuk bekerja, semangat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan istirahat bila sudah waktunya.


Mungkin warna warni itu belum sepenuhnya aku rasakan, belum sepenuhnya aku miliki saat ini. Tapi aku harap dalam waktu dekat semuanya akan terlihat sangat manis meskipun hanya aku seorang yang bisa mewujudkannya sendiri.


Sendiri itu simple, sendiri itu tidak ribet.. namun aku sebagai manusia biasa tetap membutuhkan seseorang yang tidak hanya datang sesekali untuk menyapau disaat dia ada waktu saja, buka menjadi prioritas dalam kehidupannya.


Yang memaksaku untuk selalu memaklumi keadaannya, membiasakan semua hal tentangnya bahkan membiasakan diri menjadi wanita yang bisa segalanya tanpa diberi belas kasih yang sesungguhnya.


Betul, tidak semuanya buruk ada moment manis saat aku bersamanya. Seperti di jadikan seseorang yang berarti dalam hidupnya tapi kadang fikiran itu tidak bertaman lama, hanya singgah sesekali sebagai pemanis dalam hubungan ini.


Sekitar 2 tahun lebih aku mengenalnya sebagai pacar, dan 1 tahun lebih sebagai tunangan. Keduanya baik dia maupun aku sama-sama masih belum bisa mengenal pribadi masing-masing hanya ego saja yang kami kenal dari tiap pribadi.


Mengenal bagaimana kita berbicara erius mengenai rencana di masa depan, membicarakan keluarga kecil kita nanti dan lain sebagainya mengenai keluarga kecil yang akan kita bangun nanti.


Seringkali diri ini dipatahkan dengan rasa semangat membicarakan sesuatu yang serius, namun tanggapannya tidak bisa aku simpulkan, bahkan dia sering kali berdusta mengenai masalah pernikaha semuanya tidak sesuai dengan yang dibicarakan.

 

Hingga ada yang menyarankan untuk membahas secara tatap muka, karena kita  berdua sendiri meskipun berapa di satu kota/kabupaten waktu sebentarpun untuk membicarakan hal serius sangatlah sulit, dan akhirnya aku memberanikan diri membicarakan itu setelah datang melihat anak teman kantor saya.


Waktu itu kita duduk dibelakang kantor,sehingga fikiranku terus ingin segera membahasnya karena awal rencana kira menikah itu 1 tahun pertunganan ini, namun melenceng tanpa ada kejelasan dari dia. Aku membahas kapan waktu itu akan datang, sempat ia merespon dengan rencana itu namun tidak bertahan lama dengan alasan ingin segera pulang dan berjanji akan dibahas saat kita calling nanti malam.


Tapi janji itu lagi-lagi tidak bisa aku percaya, semuanya buyar banyak alasan yang ia lontarkan mulai dari masih ngedit masih ada pekerjaan dll. Aku sih menangis saat itu hehe, ya karena emang dasarnya aku cengeng urusan hati dan perasaan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku

ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI