[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku






Di dunia ini pencapaian setiap orang pasti berbeda. Ada yang  dengan cepatnya sampai di garis finis dan mendapatkan segalanya saat usianya masih muda bahkan ada yang masih terus berjuang sampai di titik sukses melalui hal yang tidak mudah.

"Ada seorang anak berhasil berkat keluarganya yang memiliki banyak relasi, ada juga seorang anak yang harus berjuang sendiri tanpa bantuan keluarga untuk menggapai keinginannya,"

Menurutku sendiri pencapaian itu dianggap berhasil bila hal yang paling kita impikan perlahan terwujud dan semuanya berkat jerih payah sendiri.

**

Saat ini pencapaian tertinggiku masih perihal dunia pekerjaan, yang mana sebelum lulus aku bisa menghasilkan uang sendiri hasil dari kerjaku selama ini. Meskipun lulus jalur Covid-19, wisudanya jalur online berasa perjuangan mengerjakan skripsi tidak ada reward untuk diri sendiri.

Berawal dari keinginan untuk bekerja di tempat yang sebelumnya pernah aku dan kakakku inginkan akhirnya terwujud, meskipun memang setelah di lalui tak semudah yang dibayangkan sebelumnya hehe.

Tidak sedikit orang menganggap aku berhasil dalam dunia pekerjaan, namun di sisi lain aku ingin memiliki pekerjaan yang lebih dari ini, karena beberapa segi yang sudah mulai nampak dan tidak adanya kesejahteraan untuk karyawan menjadikan ku oh ini namanya dunia pekerjaan yang mengharuskan kita untuk tidak banyak mengeluh.

**

Aku ingin sedikit bercerita tentang pencapaianku saat ini..

Mengapresiasi diri sendiri perlu bahkan di wajibkan bagi siapapun yang merasa sayang pada dirinya, karena yang tau kita, hanya diri sendiri dan orang lain hanya tahu dari sisi luarnya saja. 

Bahkan yang mampu bertahan dalam keadaan apapun hanya diri sendiri, meskipun orang lain dekat dengan kitapun akan kalah dengan diri sendiri yang setiap saat tahu apapun yang sedang difikirkan bahkan keinginan untuk 5 tahun kedepan.

Berbicara soal perjalanan dalam mencapai sesuatu itu tidaklah mudah. Perjalananku mungkin tidak sehebat yang orang lain miliki, tapi bagiku bertahan hingga saat ini sungguh menjadi suatu hal yang sepantasnya aku syukuri dan banggakan.

**

Sejak kecil, aku diajarkan rasa tanggung jawab dan kemandirian. Tanggung jawab terhadap diri sendiri misalnya.

Saat usiaku masih 5 tahun mungkin, kemandirian yang diajarkan keluarga mulai tertanam, sebagian orang masih terbiasa dengan kasih sayang keluarga, pergi sekolah di antar bahkan di jemput atau jalan-jalan bersama keluarga, berbeda dengan diriku yang harus bisa berangkat sendiri dan tidak tahu yang namanya liburan keluar rumah, hanya tahunya hari minggu dilewati bermain bersama saudara.

Kemandirian mulai tertanam juga saat uang saku yang sangat pas, bila tahun 2002 dulu uang Rp. 1000 sangat berharga, sedari betul aku diberi uang saku Rp. 1000 dari SD hingga menginjak ke SMP, alasan orang tua begitu karena jarak dekat dengan rumah, padahal bukan itu alasannya.

"Menahan godaan makanan kantin yang harganya lebih dari uang saku, atau harus puasa jajan demi besok bisa beli yang aku ingin makan, semuanya butuh tanggungjawab pada diri sendiri, jika mau salah satu harus dikorbankan, begitu gambaran kecilnya,"

Bukan soal orang tua tidak bisa memberi uang saku lebih, tapi semua itu aku mengerti setelah tahu rasanya mencari uang untuk diri sendiri terlebih dahulu, menginjak bangku SMK bukan tanpa main godaannya, bersyukur sejak kecil di ajarkan kemandirian, sehingga perlahan bisa mengatur keuangan sendiri, karena benar-benar mengatur keuangan bukan hal yang mudah.

Jarak rumah yang lumayan jauh, karena sekolahku kali ini terletak di pusat perkotaan sehingga harus naik angkot untuk sampai di sekolah. Setiap pagi harus sabar menunggu datangnya angkot sampai harus desak-desakan dengan penumpang yang akan pergi ke pasar, risih ga tuh? karena kita sudah rapi menuju sekolah harus duduk berdempetan dengan pedagang ikan yang masyaallah nikmat sekali baunya.

Menunggu datangnya angkutan khusus anak sekolah, sayangnya aku bukan orang yang banyak bergaul, sehingga selalu full untuk kendaraan umum karena mereka semuanya satu tim atau satu wilayah sehingga bisa dibarter, jadi mau gak mau harus berdempetan dengan ibu/bapak yang akan ke pasar.

Uang saku juga sama, harus di minimalisir sebaik mungkin karena harus terbagi dengan ongkos berangkat-pergi, bila tidak bisa mengolahnya dengan baik bisa jadi gak ada uang untuk naik angkutan.

Sumpah itu hal yang menurutku sangat sedih, ketika teman lainnya bisa enak tanpa mikir uang, aku yang di dalam hati mikir kalau beli ini uangku gak cukup buat pulang, jadi harus tahan dulu.

"Lucunya lagi bila ada teman yang tanya, kenapa gak beli dan jawabanku cukup mencengangkan sih, yaitu KENYANG, masyaallah, padahal perut lapar sekali pengen juga beli itu tapi mau gimana, jadinya duduk di kursi kelas atau sekedar baca buku meskipun gak tahu juga apa yang di baca, hehe"

Kenangan-kenangan indah itu tidak mudah dilewati bagi orang yang merasa berkecukupan soal materi, bukan karena orang tua gak mampu untuk memberikanku uang saku lebih, tapi mengajarkan anak untuk mandiri sejak dini itu membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Alhasil, dari kebiasaanku dengan uang saku seperti itu bisa membuatku memilih untuk meneruskan rasa kemandirian, seperti ingin memberi barang atau hal yang aku inginkan, ditabung dulu baru beli jadi tidak mudah membeli barang hanya karena MAU tapi harus dari KEBUTUHAN.

**

Pencapaian tertinggiku untuk seusiaku saat itu, saat teman yang lain masih sibuk untuk kuliah aku malah sibuk mengatur jadwal kuliah dengan mengajar. Karena sebelum aku masuk kuliah, ada jeda waktu menunggu awal masuk pelajaran baru di Kampusku, aku mengajar anak TK di desaku, saat itu mungkin gajinya tidak seberapa, hanya 30 ribu dalam satu bulannya.

Gaji yang menurutku masih sangat minim sekali bagi mereka yang sudah lama atau memang jurusannya, aku bekerja disana sekedar bantu-bantu awalnya karena memang kepala sekolahnya saudara sendiri sembari mencari uang  sendiri meskipun tidak seberapa, tapi Alhamdulillah bisa buat tambahan uang bensin pas kuliah.

Apalagi saat aku kuliah, sepeda motor hasil pinjaman ke saudara yang harus ikhlas menerima bila di pake tiba-tiba dan bensinya sudah mulai teriaak untuk segera diisi lagi, itu sih menjadi hal yang tak bisa dilupakan juga, ditambah lagi ganti olinya yang di target setiap sebulan sekali..

Berjalan beberapa tahun, saat ada praktikum untuk jurusanku entah kenapa aku suka sekali melihat kantor itu, dan sebelumnya pernah ada rasa ingin sekali kerja di kantor ini. sungguh ajaib dong, doa ku terkabulkan, belum lulus kuliah alhamdulillah di tawari bergabung kerja dan sampai sekarang tetap bekerja di kantor tersebut.

Masyaallah, doa terbaik selalu Allah kabulkan.

Meskipun tidak seberapa, alhamdulillah bisa memegang uang sendiri hasil jerih payah selama 30 hari menahan segala hal wkkw, biasalah bekerja di swasta yang tidak semuanya sesuai dengan apa yang kita harapkan.

"Episode lain masalah pekerjaan wkwk, ada banyak hal yang perlu aku tulis juga mengenai pekerjaanku itu yang sungguh luar biasah orang di dalamnya"

Tapi bagiku itu pencapaian tertinggi yang aku miliki saat ini, semoga Allah segera kabulkan beberapa hal yang ingin segera aku dapatkan di tahun ini.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku

ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI