SABAR BERUJUNG KHIANAT

Akhir 2020 lalu..

Kerap kali muncul dalam benak ingin sekali berada di dekat orang yang bisa tulus menyayangiku bahkan bisa menghilangkan rasa kesepianku selama ini.

Sebelumnya aku tergolong pribadi yang lebih banyak diam, baik itu saat bersama keluarga atau orang yang baru aku kenal. Aku juga tidak tahu mengapa dengan keluarga sendiri aku terlihat sering mengasingkan diri. Bukan karena aku ada masalah atau ingin menjauh dari keluarga.

Dengan begitu aku berharap orang yang aku anggap istimewa bahkan orang yang mungkin paling mengerti aku, bisa menjadi penghilang rasa kesepianku, rasa murungku bahkan perasaanku yang tiap kali merasa sendirian.

Namun apalah daya, sepertinya hingga saat inipun aku belum menemukannya dari siapapun itu.

Setiap kali aku membutuhkan uluran tangannya, bahkan ingin dia memberikan waktu khusus bersamaku, semuanya terasa percuma saja. Dia yang selalu tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaannya sering kali membuatku memikirkan hal yang sangat aku benci.

“Pengalaman dia dulu yang pernah membohongiku bahkan lebih perhatian dengan orang lain membuatku sering kali merasa sangat tidak dianggap. Aku sendiri menyadari sikapku sangatlah salah ketika setiap apapun itu pasti fikiran negativ selalu muncul, tapi percayalah itu semua karena aku takut hal itu terulang kembali,”

Kejadian itu sangat tidak bisa aku maafkan hingga saat ini, merasa dibohongi dengan sangat rapi sekali kala itu. Kesibukannya bahkan kabar yang mulai jarang menjadi permulaan dia dekat dengan wanita itu. Yang awalnya aku mulai memahami kesibukannya, tapi dia membuat persepsiku berbeda.

Saat itu aku sangat bahagia ketika ia selalu mengabarkan apapun yang ia kerjakan, meskipun kita sudah jarang tidak bertemu, dengan alasan dia fokus di pertandingan. Sebenarnya aku mulai curiga saat dia kembali ke rumahnya tapi tidak ada keinginan untuk bertemu denganku sama sekali.

“Mungkin kalau aku bisa marah waktu itu sudah aku lampiaskan semuanya, tapi aku menahan semuanya, dengan anggapan besok mungkin dia akan bertemu, meskipun hal itu sudah aku lakukan berkali-kali. Bukankah meyakinkan diri sendiri untuk berfikir positif sangatlah susah? Waktu itu susah sekali, bukan hanya iri mungkin yang aku rasakan waktu itu, ketika temannya masih bisa bertemu dengan kekasihnya dan masih bisa di ajak keluar untuk melepas rindu, dan aku hanya bisa menunggu. Bukankah itu sangat melelahkan bukan?

Kebesokan harinya ku tunggu kabar darinya, ku beri kata manis diselipkan kata rindu, hanya saja balasannya tidak sesuai dengan yang aku harapkan. Lagi-lagi dia beralasan ada tugas kantor, ada tugas ini dan itu. Memang waktu itu aku belum berani memaksa dia untuk bertemu sebentar saja, karena aku fikir dengan caraku bersabar menunggunya akan berbuah manis.

“Tapiiiiiii semuanya salah”.

Sabarku menunggunya, sabarku tidak terlalu banyak ikut campur urusannya ternyata ia manfatkan dengan baik, yaitu mendekati wanita lain.

Sebelumnya kita pernah bertengkar karena masalah wanita itu, dia beralasan hanya kebutuhan konten, marahku mencair dan dia semakin mendekati wanita itu, dengan kata bahwa “Aku tidak akan marah”.

Wah dasyat sekali kata manis yang dia lontarkan kepada wanita itu, hingga dia memberikan buku yang entah judulnya tentang saling menunggu. Hari itu, aku memberanikan diri mengambil handphonenya pas di kantorku. Aku sudah tidak bisa berfikir panjang lagi tentang masalah itu, yaaa! Aku di duakan selama ini, sabarku menunggunya digunakan dengan baik untuk bisa lebih dekat dengan wanita itu.

Bahkan teman kantornya pun mengetahui, hanya saja semuanya tersusun rapi tanpa ada bekas bahwa dia sedang mendekati wanita lain, Masyaallah, sakit hanya saja mau gimana lagi.

“Aku sempat berfikir kenapa sihh susah sekali ada orang yang benar-benar satu frekuensi denganku, setia denganku bahkan peduli kepadaku, Semuanya hanya sekedar formalitas saja”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku

ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI