MISI TERTUNDA "PART III"

Setelah hari itu berlalu, mungkin aku harus melakukan kebiasaan yang sebelumnya hanya menganggapnya sebagai teman dekat..

Pada part ini banyak sekali suka duka yang perlahan mulai bermunculan menemani perjalanan hubungan ini, mungkin mulai dari salah paham, keburukan di masalalu bahkan rasa untuk mempertahankan semuanya bisa dirasakan bersama.

Hubungan yang hanya berjalan sendiri, tanpa ada evaluasi akan terasa biasa saja bukan?

"Pada hakikatnya, hubungan itu menyatukan dua pemikiran yang berbeda agar bisa menyatukan tujuan bersama dan saling menyayangi,"

Sebelumnya, hubungan ini berjalan tanpa banyak orang yang tau, kesepakatan itu diambil karena kita merasa tidak perlu banyak orang yang tahu dan kitanya sendiri juga belum siap untuk mengumumkan itu. Hanya saja, seringnya kita bertemu, jalan bahkan sampai kepergok di jemput ke kantor membuat beberapa orang terdekat mulai curiga dengan kita berdua.

Setelah beberapa bulan kita menjalin hubungan, perlahan kita beritahu orang terekat seperti teman, rekan kerja dan bisa juga orang tua, meskipun sebelumnya dia pernah datang ke rumah dengan status masih dalam masa "Pedekate" begitulah bahasanya.

Namunn....

Awal jadian itu memang seru, dari awalnya sama-sama merasa ingin mengetahui kebiasaan dia sehari-hari rasanya topik pembicaraan selalu menarik. Hingga akhirnya, waktu kita untuk bersama semakin berkurang karena dia yang harus fokus dalam pekerjaannya.

Mengabarkan itu bukankan menjadi hal penting dalam hubungan?

Pesan singkat, bahkan melakukan panggilan vidio menjadi teman keseharian kita. Kadang aku yang terlalu banyak berharap dengan waktu, ingin dia selalu ada di sampingku, hanya sekedar melepas rindu, atau mungkin karena sifatku yang tidak bisa jauh dengan orang yang sudah ku anggap nyaman.

Beberapa minggu sudah di lalui tanpa bertemu dengannya, notif handphone selalu menjadi notif paling aku nantikan untuk mengetahui kabar dirinya saat itu. Notif dari orang lainpun seakan memberitahuku bahwa itu dirinya.

"Kebiasaan selalu menjadi hal yang tidak baik menurutku, ketika kebiasaan itu perlahan pergi kita harus menerima dan membiasakan dengan hal baru tanpa kebiasaan itu lagi ,"

Mungkin cuplikan itu menjadi kata penguat ketika raga ini tak saling berdekatan. Aku selalu bertanya dalam diri, akankah sifat ini salah karena terlalu berlebihan dalam berharap untuk selalu di dekatnya atau sifat kekanakanku yang tak bisa jauh terlalu lama dengan orang yang di anggap dekat.

Sampai saat ini masih menjadi teka-teki dalam kehidupan kedepan. Beberapa cara sudah aku lakukan untuk menganggapnya biasa saja, tidak terlalu meronta untuk sekedar menyapa dalam dekap.

"Sebenarnya aku sudah terbiasa dengan kesendirian, dalam diam aku selalu menunjukkan sifat kemandirianku dan sifat sok tegarku menanggapi lika liku hidup ini"

Permasalahan sepertinya mulai muncul, mulai dari kesibukannya hingga akhirnya muncul beberapa argumen yang kadang ingin ku tanyakan langsung padanya tapi merasa jangan dulu. Selalu begitu setiap ada hal yang mungkin tidak aku inginkan.

Dia mulai jarang memberi kabar, kadang dalam seharipun mengabarkan saat waktu senggang saja, itupun mungkin saat dia akan pergi tidur, padahal setiap kali temannya upload status dia selalu sibuk dengan gadgetnya. Aku mulai curiga, namun masi saja bisa menahannya, meskipun itu sudah tidak biasa lagi menurutku.

"Kadang aku pesimis sendiri, apakah dia ada yang menemani, apakah dia menemukan teman baru atau dia nyaman berada jauh dariku, ah semua pertanyaan itu selalu menghantui di dalam fikiranku,"

Kadang aku selalu mantengin handphone berharap dia ada waktu buat mengabarkan, aku lihat pertandingan berharap dia muncul, bukan fokus dengan pemain tapi lebih fokus sorotan kamera tv mengarah kesebelah mana. Begitulah caraku mengobati rinduku sendiri.

Selama 3 tahun aku menjalani hubungan ldr dengan pasangan sebelum dia, namun rasanya berbeda.

Saat dia kembalipun ke rumahnya, tidak ada niatan sebentarpun untuk bertemu. Padahal yang lain masih menyempatkan waktu bertemu dengan pasangannya. Kadang timbul rasa iri, kenapa sih harus tidak adil, kenapa sih susah sekali kenapa sih. "Waktu itu aku sudah tidak bisa menahan lagi dengan banyak sekali pertanyaan tentang dia.

===

Setengah perjalanan mungkin sudah kita lewati bersama, ada beberapa hal baru yang mungkin dia belum sepenuhnya paham akan artinya pasangan, meskipun aku sendiri masih memiliki pengalaman satu kali dalam berpacaran kadang bertolak belakang dengan pengalamannya yang memiliki banyak pasangan sebelumnya, oleh sebab itu rasa cemburuku padanya terlalu tinggi untuk aku turunkan, entah karena memang aku sendiri yang tidak bisa melihat pasangan harus dekat dengan wanita lain, apalagi pengalamannya yang menurutku itu perlu untu dikurangi bahkan ditiadakan.

"Aku akan belajar menjadi lelaki yang benar-benar hanya fokusnya untukmu saja, tanpa memasukkan pengalamanku dulu ditengah hubungan ini", aku sempat belum yakin sepenuhnya dengan ucapannya saat itu.

Kadang aku selalu bertanya-tanya, apakah benar dia bisa melepas semua kebiasaan buruknya, apalagi sifatku yang memang tidak suka di duakan, dari hal sepele mulai dia tunjukkan pada publik, waktu itu aku sedang sidang skripsi, dia menyemangatiku dengan ciri khasnya yang memang sifat humorisnya begitu.

"Tapi humorisnya dia itu juga yang gampang menemukan wanita atau mendekati wanita, kadang aku merasa humorisnya bukan untukku, sehingga hal lucu saja kadang aku anggap hambar, ya namanya juga orang tidak suka he..

Selesai sidang dalam perjalanan pulang, aku bergurau padanya "Posting dong fotoku, niatku sih hanya menyuruhnya posting di status gitu,taunya dia memposting di feed, itu menjadi awal dia berani mengumbar perjalanan cinta ini, meskipun memang sudah ada beberapa postingan, tapi sebelum kita resmi mejalin hubungan.

Next Season ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku

ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI