MENIKAHLAH KETIKA SELESAI

Pamekasan, 21 Agustus 2020

Tidak perlu berdebat tentang siapa diantara kita yang lebih mencintai, lebih setia atau lebih memahami. Jalani hubungan itu seperti air yang terus mengalir, terus memberikan manfaat dalam kehidupan.

Beberapa pasangan kadang mengedepankan emosional dalam menanggapi berbagai masalah. Sebenarnya mereka belum siap menerima sifat orang lain yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ada keegoisan dan saling adu argumen kebenaran akan harapan yang seakan tak sampai ketika sudah memulai bersamanya. Bagitu juga dengan diriku yang seakan menanggap hadirnya pasangan akan mengubah beberapa kehidupan akan menjadi lebih indah dari sebelumnya.

Tapi itu salah!

Pasangan hadir bukan sebagai pengingatmu, bahkan ia tidak akan bersamamu selama 24 jam penuh, apalagi ia yang belum halal. Ketika seseorang menyatakan cinta, dengan beberapa janji saja, dianggap sebagai tanda dia mencintai kita dengan tulus. Itu salah, karena pasangan yang tulus mencintai tidak akan mengumbar janji apalagi membuatmu menunggu.

Dunia perbucinan sering muncul dikalangan anak muda saat ini, mereka berlomba-lomba menunjukkan berbagai ekspresi dengan pasangannya yang menurutnya layak diperlihatkan.

"Mengumbar sesuatu yang berlebihan bukanlah suatu contoh yang baik, bisa saja hal itu akan mengarah atau menjerumuskanmu kearah yang kurang baik, apalagi hubungan yang belum halal".

Dalam beberapa hal, aku selalu merasa bersalah telah berada di titik yang bahkan hingga saat ini aku juga belum paham dengan keadaanku yang memaksa ingin seperti orang lain. Aku selalu ingin seperti mereka yang bahagia bersama pasangannya, mengumbar kemesraan dan saling memberi perhatian. Dengan rasa ingin sama seperti  itulah yang bisa menimbulkan kesalahpahaman atau pertengkaran dalam hubungan, karena ada keterpaksaan yang harus sama dengan kehidupan oranglain.

Aku ingin seperti mereka, saling mengasihi dan mencintai tanpa ada celah sedikitpun

Aku butuh arah tujuan yang akan membawaku menuju kedamaian, damai dalam melakukan suatu hal yang aku anggap benar, ingin segera menemukan pasangan yang tepat? padahal diri sendiri masih saja berbuat salah, masih ingin merasakan kesenangan bersama orang terdekat bahkan rasa egoisku melebihi kemampuanku saat ini.

Kata itu selalu muncul dalam setiap lamunan di saat malam sunyi mengiringi seakan mereka paham hatiku sedang gundah.

Dalam menjalin hubungan semuanya tidak akan berjalan mulus seperti yang diharapkan. Ingat, kamu mungkin salah mencintai seseorang, tapi jangan sampai salah memilih pasangan. Perasaan cinta yang terlanjur bisa dihapuskan, tapi jika terlanjur salah mengambil keputusan, kesempatan kedua belum tentu akan terulang.

Qoutes penyemangat, selalu menjadi teman dikala aku butuh dukungan bahkan dorongan untuk selalu berkata, oh seperti ini rasanya. Bahkan kehidupan sekelilingku mengajakku untuk berfikir juga, betapa kerasnya menentukan pilihan yang nanti akan menemaniku hingga tutup usia, karena hubungan itu bukan untuk mencari, tapi untuk saling melengkapi.

Jika kamu berjodoh dengan dia yang sering kali kamu sebut dalam doa, mungkin kamu juga berjodoh dengannya yang sering menyebutmu dalam doanya. Tinggal pilih mana, menerima yang mencintaimu atau yang memperjuangkan yang kamu cintai.

Jangan berpura-pura baik untuk mendapatkan jodoh yang baik, karena nantinya yang akan mendampingimu adalah orang yang mungin tidak baik yang juga berpura-pura baik, oleh sebab itu menjadi baiklah karena Allah, karena Ridho Allah yang akan mendatangkan jodoh yang baik untukmu.

Kita seringkali terkekang dalam hal memilih. Padahal, apapun pilihannya, kita adalah satu-satunya manusia yang akan menjalaninya, bukan mereka atau siapa-siapa.

"Kadang aku kurang percaya bahkan takut untuk memilih, memilih meninggalkannya yang belum tentu jodoh yang Allah sudah tetapkan. Sering kali aku berfikir akan menjalani hari-hari dengan rasa kesepian bila meninggalkan semuanya, bahkan berfikir aku hidup sendiri dan hampa bila tanpa kasih sayang dari ia yang masih belum halal bagiku,"

Hal itu mungkin harus ditanam dalam diri, bahwa diri ini tidak sendiri, banyak orang disekitar yang peduli pada kita bahkan sayang terhadap kita. Aku terlalu fokus mengejar hal yang belum jelas akan seperti apa nantinya dan bagaimana jalan ceritanya.

Niat ingin menikah seringkali muncul dalam benak, merasa lelah dengan hari-hari yang aku anggap semuanya terasa biasa saja, padahal menikah itu bukanlah suatu hal yang akan berlangsung dengan singkat. Aku lupa bahwa semua hidup secara beriringan, ada bahagia dan pasti akan ada sedih. Tinggal porsi mana yang paling dominan dalam menjalaninya.

Menikah memang menjadi keputusan yang sakral, bahkan tidak hanya dengan memikirkan kebahagiaan saja, tetapi harus memikirkan langkah apa yang akan diambil, karena tanggung jawab bertambah bukan berkurang karena hadirnya seseorang yang menemani.

Di usiaku yang sudah tidak muda lagi,  bahkan teman sebaya sudah berkeluarga, memiliki buah hati, kadang ada rasa ingin segera menikah, ingin segera memiliki pasangan halal. Tapi hal itu selalu menjadi pertanyaan tiap lamunanku. Menikah itu bukan seperti perlombaan yang akan diketahui pemenangnya.

Menikah adalah perkara siap, siap akan segala hal yang mungkin tidak sesuai dengan kehidupan orang lain atau kamu merasa kecewa karena menikah akan memberikan beban yang lebih dan ada harapan ingin kembali lagi pada masa lajangmu saat ini. Lakukanlah semua yang kamu perlu lakukan, tinggalkan kebiasaan yang akan memberimu tanda dirimu lemah bahkan tidak ada nilai baik dalam pandangan orang lain.

Hey. menikah itu soal siap. Bukan soal seberapa ramai sosial mediamu dengan ucapan selamat menempuh hidup baru atau semacamnya. Ucapan itu tidak abadi, yang abadi adalah tindakanmu memilih untuk menikah dan siap menanggung segalanya.

Berkeluarga itu harus siap, siap membangun keluarga kecil serta menerima kekurangan pasangan dan menjalaninya untuk niat ibadah, bukan soal menjadikan niat nikah agar memiliki teman atau hanya ingin merasakan kebahagiaan sesaat saja.

Menikah lah ketika kamu merasa selesai, selesai dengan masa mudamu, selesai dengan rasa egomu bahkan selesai menjadikan dirimu yang benar dan dia yang salah. Karena menikah menggabungkan dua pemikiran yang tidak sama,  kadang bertolak belakang dengan kemauan kita sebagai manusia yang jauh sekali dari kata sempurna.

Jika seseorang belum menikah, bukan berarti ia tidak punya kemauan. Bisa jadi karena memang belum waktunya. Sebab mau dipaksa dan diusahakan sekeras apapun, bila Tuhan mengatakan belum ya belum.

Gak penting kapan, yang penting sedari sekarang mempersiapkan, sehingga kapanpun saat menikah tiba, seseorang sudah dalam kondisi siap dan layak. Jadi kalau ada yang belum menikah, jangan diejek, bantulah dengan mendoakannya agar segera dipertemukan dengan jodohnya.

Ejekan yang membangun boleh, tetapi ejekan yang menjatuhkan mental perlu di kurangi. Agar ia tidak terpaksa segera menikah karena ejekan dari lingkungan sekitar. Kelak kamu akan mengerti, bahwa memilih pasangan itu tidak hanya tentang cinta, tetapi juga tentang siapa yang akan menemani ibadahmu hingga menutup mata.

Percaya atau tidak, ketika kamu bertekat untuk menjadi orang yang lebih baik, maka Allah akan mendatangkan orang-orang baik untuk menemani prosesmu, bukan dia yang datang untuk mengubah dalam keburukan.


*Sisilainruangtengah

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku

ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI