[Day-11] - Mencoba Berikhtiar Demi Kebaikan Diri

Pamekasan, 29 Juni 2022



Mungkin sekitar setengah tahun aku lupa pernah berjanji ingin menulis beberapa kejadian seru, sedih ataupun bahagia dalam blog ini, namun aku sibuk meratapi diri sendiri dengan memikirkan segalanya sendiri. Tanpa ingin orang tahu apapun yang terjadi.

Akhir-akhir ini aku banyak dihantui dengan rasa kebimbangan, lebih suka menyendiri bahkan siapapun yang hilang ataupun tanpa adanya kabar seakan semuanya biasa saja.

Sampai aku berfikir, "Masih adakah orang yang peduli denganku? atau mereka lebih suka aku yang serba teka teki atau jujur dengan segalanya?"

Percuma juga memberitahu oranglain dengan berbagai rasa yang aku alami saat ini, karena belum tentu mereka betul peduli dengan apa yang aku rasakan. 

Hal yang aku suka, hanya saat pulang bekerja di sore hari karena dari sana kadang kesendirian membawa ku terhanyut dalam fikiran untuk mengistirahatkan fikiran sejenak ditambah malam hari aku bisa tidur dengan pulas tanpa menunggu kabar dari siapapun.

Ini fase keegoisanku yang memuncak, entah kenapa aku lebih sering ingin menyendiri dibandingkan dikelilingi dengan banyak orang tapi semuanya tidak benar-benar mengingkanku.

Saat aku mencoba berbaur, kadang ada saja hal yang diinginkan.

Orangtuaku saja kadang menganggap kesehatan mentalku sangat sepele, padahal mental seorang anak menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Tapi tenang, aku tidak memikirkan hal yang sekiranya buat aku rugi juga semisal "bunuh diri"?

Karena aku sadar, salahku aja selama 25 tahun ini cukup banyak hingga  aku juga gak bisa menghitung segalanya. 

Kesendirianku benar terasa saat malam hari yang sangat sunyi, terus membawaku terlelap seakan tak ada lagi orang yang aku tunggu.

Eitsss, pasangan?

Sejak dia sibuk dengan pekerjaannya aku rasa dia sudah tidak peduli lagi dengan keberadaanku. Aku baik-baik saja, bagaimana atau sedang dimana he, sudah tak pernah ku lihat lagi muncul dibenaknya. Hanya aku saja yang terlalu memperdulikannya.

Saat aku mempermasalakan segalanya, dia menganggap aku terlalu mengaturnya atau melarang untuk dia melakukan apapun. Padahal selama ini aku diam dengan sikapnya  yang seakan acuh padaku.

Alasan sibuk selalu aku iyakan, meskipun tak semua sibuknya dia benar-benar sibuk karena kerjaan. Aku hanya bisa mengikuti ritme keinginannya.

Mungkin kalau dia benar sayang padaku, dengan apa yang selama ini aku ceritakan dia akan paham, bahwa sahabatku sesungguhnya hanya dia, orang yang selalu aku tunggu kabarnya.

Tapi semua seakan hampa,aku hanya bisa terdiam dan menikmati semuanya sendiri.

Keegoisanku selama ini, cueknya aku selama ini pada orang sekitar itu semua salahku karena terlalu ingin sendiri dan menenangkannya sendiri, tak semua orang paham bagaimana sulitnya aku menjalani  hari-hari dengan rasa bimbang, rasa sedih bahkan ingin bertukar ceritapun aku tak punya.

Tapi gak papa, semuanya akan segera usai, aku hanya perlu lebih sabar dan berikhtiar demi kebaikanku kedepannya :)

Anisa, stay strong women..


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku

ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI