[Day - 10 ] Kesibukanmu Bukan Urusanku

 



Menunggu menjadi hal yang membosankan, apalagi menunggu kabar dan kepastian darimu.

Sebagian orang menganggap menunggu menjadi kunci kesetiaan seseorang, bahkan bila menunggunya diiringi dengan rasa sabar akan berakhir manis.

Bila sebagian orang menganggap hal tersebut baik, mungkin aku menjadi salah satu orang yang termasuk di dalamnya. Jangankan menunggu kabar, menunggu kepastian dari seorang kekasih lebih berat rasanya.

Mungkin saat ini aku dan dia sedang di uji untuk lebih bersabar, bahkan lebih menghargai setiap hal yang di lakukan.

==
Aku seorang wanita yang memiliki beribu perasaan yang setiap harinya tidaklah sama, perasaan campur aduk mulai dari mudah curiga, mudah baper bahkan perasaan yang seakan tak ingin lagi aku alami saat ini namun secara tidak sadar selalu aku lakukan.

Setiap hari harus menahan rasa marah, sedih yang tak kunjung selesai bila dikumpulkan. Perasaan itu tengah aku alami saat ini. 

Aku dan dia yang harus terpisah oleh jarak menjadi hal kesekian kalinya membuatku berfikir negatif. Bukan karena aku takut kehilangannya, namun takut kejadian sebelumnya harus diulanginya lagi.

Ditambah lagi dia sudah mulai jarang menghubungiku, seakan memaksaku untuk membiasakan atau mengurangi kebersamaan bersamanya. Pernah suatu ketika aku membahas masalah komunikasi kita yang mulai jarang, dengan spontan dia tidak terima dengan argumenku itu.

"Masih kurangkah waktuku untukmu? haruskah aku ada untukmu selama 25 jam atau gimana?" Katanya waktu itu. Masih teringat jelas perkataan itu hingga saat ini.

Ia menganggap aku selalu kurang dengan waktunya, padahal aku bukan mempermasahkan tiap detiknya harus berkabar, namun komunikasi yang aku maksud kita bisa membahas suatu hal yang mungkin jarang kita bicarakan.

Jujur, mungkin selama 2 tahun pacaran dan hampir satu tahun kita tunangan, bukan tidak pernah membahas masalah hubungan ataupun masa depan, melainkan kurangnya komunikasi itu membuatku selalu berfikir, harus aku sendiri yang memikirkan? kapan waktu yang pas untuk kita komunikasikan hubungan itu? Namun aku tak mampu untuk berbicara, aku khawatir yang aku maksud tidak bisa diterima ia dengan baik.

Bahkan saat aku butuh orang lain sebagai penguat dari beberapa masalahku, aku tak bisa bercerita padanya. Moment yang tidak pernah pas untuk aku ungkapkan sehingga aku memilih untuk memendam sendiri dan tidak banyak aku berbagi kepada teman yang menurutku ia bisa memberiku arahan dengan masalah itu.

Ekspetasiku yang terlalu tinggi berharap dia bisa lebih memahamiku rupanya tidak berjalan baik, seakan kita bukan sepasang kekasi yang saling membutuhkan satu sama lain.

Diapun tidak banyak berbicara masalahnya denganku, bahkan meminta tanggapanku masalah kecilpun tidak pernah. Bila ditayakan, selama ini apa yang di komunikasikan? Jawabannya, hanya aktivitas sehari-hari yang kadang berujung pertengkaran.

"Kadang aku berfikir, hubungan ini tidak sehat aku harus segera mencari solusi dari beberapa problem yang aku rasakan dengannya, namun aku memilih diam. lagi dan lagi harus diam.

Bukan tanpa alasan aku memilih untuk diam tanpa banyak berkata, karen sering kali aku melakukan hal itu kadang tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Ia yang terlalu berfikir negatif kadang tidak sesuai dengan yang aku katakan dan berujung pertengkaran.

Di usiaku yang tidak muda lagi, kadang kebisingan dan pertengkaran itu membuatku risih dengan keadaan seperti itu. Mencari hiburan sendiri dan menuangkan kekesalan diri melalui tulisan atau doa membuatku lebih tenang.

==
Kebiasaan kita sebelum ini semua terjadi seakan menjadi hal yang kita tunggu, terutama malam hari sembari menemani tidur kita berbagi cerita atau berbagi kekesalan bersama dan kebiasan itu jujur sangat aku rindukan. Bukan karena kita jauh, namun komunikasi kita yang sudah mulai ada batasan. Diapun saat masih satu kota denganku jarang bertemu apalagi sekarang dipisahkan pekerjaan yang sudah gak pernah ketemu bisa aku maklumi karena semua itu terletak dari komunikasi yang kita jalani.

Kadang ia selalu menganggap aku yang kurang peduli padanya, kurang care bahkan kurang memberikan kabar, padahal dari satu sisi akulah yang harus mengatakan seperti itu meskpun aku akan tahu jawaban ia seperti apa.

Mungkin ia tidak akan merasa kesepian dengan keadaannya saat ini, lalu bagaimana kabarku yang jelas jelas hanya dia teman yang aku punya saat ini.

Obrolan setiap hari seakan hambar, hanya berisi laporan ia pergi laporan ia sedang ngapain dan lain sebagainya.

Sebelumnya sudah aku beritahu, komunikasi kita di jaga saat jauh, bukan perihal laporan akan pergi dan sebagainya, namun komunikasi mengenai keadaan kita, bhakan mungkin hari-hari berat dan kabar baik yang kita dapat perlu kita bicarakan, karena sampai tuapun komunikasi perlu di lakukan.

Entahlah, mungkin ini karena aku yang terlalu berespetasi tinggi tentang dia, namun ia sendiri yang tidak paham dengan apa yang aku maksud.

Semoga segera ada kabar baik dan kesedihan ini segera berlalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku

ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI