HANYA SELINGAN SAJA






Manusia sering kali merasa kurang dalam bersyukur, mereka lebih memilih terus mencari jati dirinya ditengah-tengah kebimbangan yang seakan terus mengejarnya.

Begitu juga dengan hubungan.

Pagi itu, ku awali dengan selalu mengecek layar handphone yang seakan mengatakan ada orang yang sedang menungguku. Namun, tidak begitu.

Andaikan aku seperti orang lain dengan perhatian yang lebih pastinya sangat indah, membayangkan saja sudah membuatku tersenyum. Namun kali ini hubungan tanpa status atau Friendzone menjadi catatan yang harus segera aku pecahkan.

Hari ini kegiatanku tidak jauh berbeda dengan biasanya, pergi kuliah dengan muka yang semangat, tapi sesampai di kampus ingin segera pulang karena merasa bosan dengan roda hidup yang seakan hanya berada di porosnya.

Pergi kuliah, nongkrong, pulang menjadi rutinitas harianku. Kadang ingin sekali memiliki seorang yang spesial dalam hidup, bisa di ajak bercanda bersama, bertukar pendapat mengenai pelajaran kuliah atau menghilangkan penat dengan pergi berlibur bersama.

Namun semua itu indah hanya berada di serial televisi yang ku tonton saat waktu kosongku dirumah.

Pergi bersama orang spesial belum pernah aku rasakan sama sekali mulai dari masa  dimana teman yang lain sudah bergandengan dengan pasangannya, namun apalah dayaku yang hanya bisa melihat mereka saja.

Hingga aku berada dibangku kuliah, kesepian itu masih terasa. Kadang aku hibur dengan cara memberikan sebuah lelucon singkat saat bersama temanku. Memang benar kata orang, "Dia yang tertawanya paling keras, pasti memiliki beban yang tak bisa diungkapkan dan orang lain tidak perlu tau itu".

Sejenak aku termenung.

"Andaikan, ada notif indah di layar handphoneku dengan perhatian kecil yang seakan membuatku tersenyum lebar sambil mengetikkan balasan untuknya, Ahh! hanya hanyalah saja".

Setelah pelajaran usai, aku segera bergegas menuju tempat auditorium untuk menghadiri kegiatan seminar, saat itu aku berlari kencang karena waktu sudah lewat sekitar 15 menit dan luamaya auditorium kampus dengan kelasku jaraknya sedikit jauh.


Sembari berlari, ada laki-laki yang memanggilku dari jauh. 
"Nisaa tunggu" Spontan aku mencari dari mana asal suara itu.
Oh, sepertinya aku ingat laki-laki ini, tapi dimana ya aku pernah bertemu dengannya.

Eh, mau ikutan seminar juga ? bareng yuk masuknya.
tanpa basa-basi yang panjang kitapun menuju ke ruangan, entah kenapa aku merasa sedikit risih dengan laki-laki ini, karena memang aku bukan tipikal orang yang gampang bergaul dengan laki-laki yang belum aku kenal.

Ditengah perbincangan, dia menanyakan pasanganku, entah kenapa harus mengarah kepada pasangan yang jelas itu bukan waktunya menanyakan seperti itu. Dengan santainya aku menjawab, tenang masih berada di tempat yang aman dan insyallah akan bertemu bila waktunya.

Risih sebenernya bila ada orang yang baru aku kenal langsung menanyakan soal pasangan, siapa sih ini orang seakan kita kenal lama sekali. Ah biarlah ku abaikan saja. Ku alihkan percakapan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam seminar.

Boleh aku minta nomer tlponmu nisaa? Oh, ini ..
sembari menyodorkan handphone padanya. Emangnya kamu gak ada yang marah kalau berdekatan denganku saat ini ? tanyaku-

Marah? tidak sih, apasalahnya kita berteman? Sembari tersenyum.
Memangnya kenapa nisa? akupun menjawab, khawatir ada hati yang sakit bila melihatmu duduk disebelahku ini rud. 

Tenang saja nisa, gak ada yang marah aman saja.

Acarapun selesai, dia menawarkan tumpangan padaku dan berniat mengantarku pulang, namun aku menolak dan berdalih kalau sedang bawa kendaraan sendiri, namun tidak sampai disana, diapun mengajakku makan sebentar, sebenarnya aku ingin menolak hanya saja desakannya seakan aku tak bisa menolaknya lagi.

Kita bersebelahan menaiki kendaraan masing-masing menuju tempat makan, tempat makan yang sederhana menjadi pilihan kala itu. Tidak banyak bicara ketika kita sampai hanya sepatah dua patah saja sembari menunggu masakan tiba.

Selesai makan, diapun bergegas pulang. 

Dalam perjalanan, aku sedikit termenung memikirkan sikap rudi yang seakan memberikan perhatian lebih padaku, namun aku tak ingin segera menyimpulkan perasaanku maupun perasaannya hanya dengan sekali bertemu.

Setiap hari kita bertukar kabar melalui pesan singkat, hingga aku mulai nyaman dengan perhatian yang ia berikan padaku.

Kita mengagendakan untuk bertemu kembali disuatu tempat untuk membicarakan beberapa pelajaran mata kuliah yang memang kita berbeda jurusan, tetapi seringnya berkomunikasi via handphone yang membahas beberapa pelajaran dalam setiap mata kuliah yang aku jalani.

Entah kenapa aku mulai nyaman berada di dekatnya, hanya saja dia seakan biasa saja ketika bertemu. Pembahasanpun tidak jauh berbeda. Sebenarnya dalam hati kecilku ingin sekali kita membahas soal hubungan ini, menyatakan cinta saat duduk bersama atau menghabiskan waktu berdua layaknya orang yang sedang jatuh cinta.

Ah, sudahlah mungkin bukan waktunya. ujarku dalam hati.

Tidak lama berselang, muncul perempuan yang sepertinya sangat mengenali Rudi. Sembari mengucapkan, loh ini tah yang baru ? Aku langsung tersipu malu mendengarkan itu, seakan menggambarkan bahwa Rudi memiliki perasaan padaku juga seperti yang saat ini aku rasakan.

Bukan, teman saja masih, jawabnya singkat.

Kita memutuskan untuk pulang karena sudah lama berada di cafe. Entah kenapa aku tertuju pada sosial mediaku, dan mencari beberapa postingan dia entah dengan temanya ataupun masalalunya, namun belum aku temui juga.

Berharap segera ada kejelasan dalam hubungan ini, karena satu bulan kita sudah melewati masa PDKT, mungkin bisa dikatakan begitu. Namun, akhir-akhir ini dia mulai jarang sekali memberi kabar, sesekali aku mencarinya seakan aku sudah menjadi kekasihnya.

Kadang balasan singkat darinya, bahkan beberapa pesan sering diabaikan seakan sudah ada alasan lain untuk dia hubungi. Terbiasaku bersamanya seakan membuatku merasa kehilangan sosok yang selama ini bersamaku.

Aku tidak tinggal diam, perlahan aku mulai mencari tahu keberadaannya ataupun kesibukannya yang mengakibatkan dia sulit untuk menghubungiku lagi. Tempat tongkronganmu dia tak terlihat, aku memberanikan diri untuk bertemu dengan teman yang pernah ia kenalkan padaku.

Kenyataan sesungguhnya memang paling menyakitkan..

Ternyata, dia bersama dengan kekasihnya.

Aku mendapat informasi ini berdasarkan beberapa temanku yang turut membantuku menemukan informasi tersebut, usut demi usut dia mendekatiku karena mengisi kekosongannya yang akhir-akhir ini pasangannya sibuk mengerjakan tugas akhir.

Mengetahui hal terserbut, aku mengirimnya pesan singkat dengan kata yang menurutku salah, karena memang diantara kita belum ada kejelasan hubungan.

Hingga saat itu aku memilih untuk tidak menjadi pribadi yang mudah baper bahkan menaruh hati kepada orang yang baru aku kenali, apalagi hanya dijadikan teman di waktu kosongnya saja.

Keep spirit! bagi wanita diluar sana yang menginginkan segera memiliki pasangan, cintailah dirimu baru kamu bisa mencintai orang lain.



Komentar

  1. Bagus banget mbak , sukses selalu yaa , semoga menjadi jodoh dunia akhirat :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Day-4] Pencapaian Tertinggi di Usiaku

[Day-3] Harapan Terbesar Blog Miniku

ANALISIS WACANA KRITIS SOSIAL BUDAYA DAN AGAMA DALAM PUISI IBU SUKMAWATI